Fotografi pada malam hari merupakan tantangan bagi saya. Ini dikarenakan saya hanya berbekal sebuah kamera point n shoot ala kadarnya, Kodak C713. Tidak banyak yang bisa saya harapkan dari kamera satu ini. Kualitas foto yang diambil pada siang hari memang cukup bagus tetapi pada kondisi pencahayaan minimal seperti di dalam ruangan atau di malam hari sering kali hasilnya cukup . . . cukup mengecewakan maksudnya ;).
Namun itu bukan berarti saya berhenti mencoba-coba melakukan pemotretan pada malam hari. Saya khususnya sudah 2 kali melakukannya. Yang kedua saya sudah pernah saya posting disini. Namun kali ini saya ingin cerita percobaan pertama saya.
Kala itu malam hari, kebetulan saat itu saya pergi ke perhimpunan tengah pekan dengan membawa Kodak C713. Pengennya siy mau nyoba motret pada malam hari. Pengen nyoba modus Night-Portrait yang built-in di kamera. Siapa tau hasilnya ga jauh beda ma hasilnya para fotografer beken yang make kamera canggih punya hehehehehehe . . . Nah kesempatan itu tiba setelah acara perhimpunan selesai. Dengan naek sepeda motor saya dari jalan Thamrin berbelok masuk jalan Dr. Sutomo menuju jalan Polisi Istimewa.
Dengan tetap berada diatas sepeda motor saya mengeluarkan kamera dari dalam tas. Setelah jepret-jepret sebanyak dua kali dengan setting auto mulailah saya memotret dengan modus Night-Portrait (maksudnya untuk membandingkan nantinya). Terus terang saya ga mendapatkan hasil terbaik yang saya harapkan. Seperti saya salah pilih waktu. Tidak ada cukup banyak kendaraan yang lewat sehingga hasil yang saya harapkan juga tidak tercapai.
Namun demikian hasilnya juga tidak terlalu mengecewakan. Mayan lah untuk kamera macam gini. Yang saya pelajari dari modus Night-Portrait ini adalah lensanya terbuka untuk waktu yang cukup lama. Sial, ternyata saya ga baca manualnya. Kudunya saya pake tripod atau meletakkkan kamera pada tempat stabil. Saya malah memegangnya dengan tangan. Jelas aja sebagus apapun saya nyoba ga goyang ya tetep goyang. Pelajaran yang penting: Jangan lupakan baca manual kalau beli kamera. Baca dan baca lagi. Mengenali kamera yang digunakan itu perlu, didalamnya termasuk mengenali kelebihan dan kekuranganya, entah kita fotografer amatiran atau professional.
Selagi saya asyik-asyiknya motretnya tiba-tiba saya melihat seorang pria berseragam krem dari seberang jalan sana. Entah kenapa pria itu melambaikan tangan seperti memberikan tanda tidak/tidak boleh. Entahlah apa yang dia katakan ga jelas karena kita terpisah cukup jauh tapi sepertinya dia tidak senang kalau saya motret-motret.
Saya pandangi pria itu sebentar kemudian saya melihat sesuatu yang sangat mengejutkan. Saya melihat sebuah lambang dan sebuah bendera. Sial, sial! Ternyata saya sedang berdiri tepat diseberang jalan dari konsulat Amerika Serikat di Surabaya. Saya bener-bener lupa ga lihat-lihat dimana saya tadi berhenti untuk melakukan eksperimen memotret malam hari.
Sontak jantung saya mulai berdegup kencang. Saya tau kenapa pria itu tak senang dengan acara potret-potret saya. Pria itu adalah penjaga keamanan konsulat dan setahu saya memotret kedutaan/konsulat Amerika itu "haram". Saya pernah liat sebelumnya wartawan di jakarta "berurusan" dengan sekuriti kedutaan besar AS di Jakarta. Pake acara rampas kamera dan data dalam kamera dihapus, wuik!
Segera setelah sadar saya juga memberikan tanda tidak dan tanda menunjuk tempat konsulat dengan isyarat tangan. Maksud saya adalah memberi tau itu orang kalau saya ndak motret itu konsulat, tapi sepertinya ndak sukses dan ndak nyambung. Saya dan pria itu seperti dua orang idiot yang saling memberi isyarat tangan dari jalur jalan yang berseberangan. Saya dengan isyarat tangan ngotot ga ngambil photo konsulat sedangkan dia ga ngerti-ngerti maksud saya juga malah tetap memberi isyarat saya ndak boleh photo konsulat. Asem, saya kan ga sekalipun motret konsulat woi! Yang saya potret cuman jalan sebelah sini dan kendaraan lewat.
Terus terang saya takut juga. Saya gamau kejadian antara wartawan vs sekutiri kedutaan AS terjadi pada diri saya. Bayangin saya didatangin sekuriti yang badannya gede-gede itu. Saya diborgol terus ditahan dan diinterogasi dan kamera saya disita. Dicurigai sebagai antek teroris yang mau ngebom konsulat AS. Kan waktu itu Noordin M Top belom koit. Wah ogah ah . . .
Jadi saya memutuskan untuk segera angkat kaki dari lokasi itu. Beberapa kali saya menengok kaca spion motor saya untuk memastikan tidak seorang anggota Brimob yang disuruh ngejar saya (cukup banyak anggota Brimob yang ditugaskan menjaga konsulat). Bahkan sampai rumah pun saya masih merasa cukup cemas. Jangan-jangan saya masuk daftar orang yang diintai Densus 88 atau BIN, dikira teroris, hiiiiiii . . .
So malam itu saya mendapat dua pelajaran berharga yang harus selalu saya ingat.
Pertama, bacalah manual kamera. Ini berarti mencoba mengenali seperti apa kamera yang kita pake/miliki. Kita bisa tau fitur-fitur apa yang ada dalam kamera dan bagaimana menggunakannya. Ini juga merupakan salah satu cara mengetahui kelebihan dan kelemahannya kamera tersebut.
Pelajaran kedua adalah lakukan survey sebelum melakukan pemotretan. Ini untuk memastikan bahwa kondisi lokasi sesuai dengan apa yang saya inginkan, misalnya malam itu saya mengharapkan jalanan ramai dengan kendaraan tapi ternyata tidak. Ini berarti saya harus tahu kapan waktunya kondisinya sesuai dengan saya harapkan. Survey juga mencakup mengetahui apakah lokasi tempat kita akan melakukan pemotretan perlu ijin atau tidak. Atau apakah lokasi itu pemotretan diperbolehkan atau tidak.
Beberapa lokasi ada tanda dilarang memotret seperti hotel, tempat perbelanjaan atau beberapa obyek vital atau penting seperti instasi pemerintahan, militer, atau dalam kasus saya kedutaan/konsulat negara asing.
Sampai sekarang saya masih merasa geli mengingat kejadian itu. Bukan karena rasa takut saya waktu itu. Bukan karena saya mungkin "nyaris" ditangkap. Tapi saya merasa geli karena ada dua orang laki-laki berupaya saling memberitau maksud masing-masing di malam hari dari jalur jalan berseberangan dan ga nyambung pula. Atau sebenarnya agak nyambung dikit . . . buktinya saya "agak" ngerti maksud dia tapi dia "gamau" mengerti maksud saya. Wierd! :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar