Senin, 21 Desember 2009

Butuh Antivirus Ga Siy?


Linux sering diiklankan sebagai OS yang kebal virus ini konon dikarenakan Linux seperti halnya Unix selalu menomersatukan aspek keamanan diatas aspek kenyamanan penggunaan (cmiiw). Ini bisa terlihat nyata kalau kita memperhatikan berita soal virus-virus baru tiap hari, perhatikan engga sebenarnya virus dkk itu sebenarnya menyerang sistem operasi apa?. 99,99% saya yakin itu virus Windows. Saya pernah membaca beberapa artikel di Internet (saya sudah lupa sumbernya) kalau virus Windows yang sudah dideteksi itu sampai sekarang ada lebih dari 60.000-an dan dengan hitungan matematika sederhana saya tau ada kalau kemunculan virus baru Windows adalah puluhan atau ratusan per harinya. Bagaimana dengan Linux? Hitungan saya waktu itu sekitar 2 virus per tahun dan kebanyakan adalah proof-of-concept (hanya pengen ngebuktiin kalau bikin virus for Linux itu bisa) dan jika virus ini bekerja pada satu distro Linux belum tentu akan bekerja pada distro lain (satu alasan kenapa membuat virus di Linux sangat susah, karena targetnya banyak).


Kalau kita tanya para pengguna Linux di berbagai forum/milis dengan pertanyaan "kalau kita make Linux sebenarnya butuh ga siy antivirus?" maka biasa jawabnya "wah ga butuh . . " atau "saya ga pernah install tuh . . ." atau "gada virus Linux jadi ngapain install? . . ." atau "antivirus?! . . .basi . . . itu untuk Windows . . ." jadi kurang lebih reaksi pasti nyaranin ga perlu install. Bagaimana pengalama saya sendiri?.

Walaupun saya make Linux tetep saja harus berurusan dengan virus . . . loh?! Eit tunggu dulu, tentu saja bukan dengan Virus Linux tapi tetep dengan Virus Windows . . . kompie/nutbuk saya masih bisa terdapat virusnya (catet ya saya nulis "bisa ada") lewat media seperti flashdisk (FD), misalnya jika saya kebetulan make kompie orang yang kebetulan make Windows yang sudah ada virusnya, biasanya FD saya akan "tertular" dan kemudian ketika saya tancapkan FD ke Ubuntu dan kemudian saya transfer isi FD ke HD otomatis virusnya juga migrasi ke Ubuntu. Tapi jangan khawatir, ga akan terjadi hal-hal buruk, virus dkk tersebut hibernate di Ubuntu saya sampai dia masuk ke lingkungan dimana dia bisa berkembang biak (dengan catatan dapat dicegah kalau ada antivirusnya dan rajin update) yaitu ya di Windows dong . . . dimana lagi coba?! :p

Dulu suatu hari saya nganter bokap ke UC (Universitas Ciputra) yang akan memberikan kuliah. Bokap punya FD yang isinya file presentasi yang akan ditayangkan di kelas. Untuk itu Bokap menggunakan kompie tersedia di kelas dan coba kamu tebak kompie pakai OS apa? Windows? Betul sekali! Nah Bokap nancepin itu FD ke USB port di kompie dan kemudian terkejut karena folder ma file-file presentasinya semuanya berubah ikonnya dan judulnya folder dan file sekarang memiliki akhiran .exe. coba tebak kenapa virus apa engga tuh? :p Pastinya! Bokap bingung "mana file presentasi saya?!!!!" Nah saya cabut itu FD trus tancepin ke Ubuntu (kebetulan saya bawa nutbuk) dan di file manager terlihat kalau folder ma filenya masih ada (syukur ga didelete ma virusnya) tapi disamping folder dan file asli ada file-file shortcut dengan nama persis dengan nama folder dan file asli punya bokap. yaudah itu folder dan file gadungan itu saya delete aja, habis deh tuh virus di FD bokap. Btw btuh ga siy antivirus? :p Kalau dalam kasus ini the best antirus is Linux! hahahahahahahaha . . .

Kejadian berikut ketika warnet langganan saya dengan sontoloyonya mengganti Ubuntu dengan Windows 7 versi RC yang waktu itu bebas di download dan dipake. Cuman versi "gratis" ini ada batasannya, setelah beberapa bulan maka user ga boleh lagi make win7 gratisan, emang siy bisa dipake cuman tiap 2 jam pasti dengan "semena-menanya" win7 akan matiin kompie itu tanpa basa-basi (maksudnya loe bayar dong, janga gratisan doang! hehehehehehe . . . pinter ya mereka itu). Weleh . . . bayangin deh loe lagi asik-asiknya surfing trus byar-pet!... layar kompie loe item trus kompie loe mati . . . btw ini koq malah kayak PLN yah?! Dan tentu saja kamu tau itu kompie jadi rentan virus dkk apalagi adminnya ga instal antivirus. Saya siy maklum kenapa admin ga install itu software anti-antian, itu karena kompienya bakal terseok-seok kalau anivirusnya aktif, hah! tipikal banget masalah Windows :p

Nah sejak saat itu maka tiap kali ke warnet itu di FD saya selalu bertebaran file-file ga jelas, intinya mengkopi nama folder dan file yang ada di FD saya. Kalau di Win7 maka file dan folder itu terlihat sebagai shortcut (hek! shortcut dari Hongkong?!) Tapi kalau di Ubuntu maka saya melihat file-file dengan extensi .lnk, .db, dan .inf. Karena ndak punya antivirus terinstal di Ubuntu makanya saya pakai fasilitas "search" di file manager Nautilus dan kalau udah yah didelete. Tapi saya cukup tertarik sebenarnya file-file ga jelas itu virus macam apa, apakah itu virus, worm, malware, rootkit atau apalah makanya saya iseng install software antivirus yang open source yaitu Clamav.

Dan bener juga, Clamav mengidentifikasi .inf=VBS.Agent-35 sedangkan .db=INF-Autorun-35 . . . saya ga ngerti virus macam apakah itu tapi saya bener-bener tidak senang existensi virus-virus itu, soalnya ngebek-ngebeki FD saya dan jadi sampah visual saking banyaknya (ngebek-ngebeki=bikin penuh). Sayang .lnk ga terdekteksi sebagai virus atau konco-koncone (konco-koncone=teman-temannya) padahal file ini paling banyak dari ketiganya. Selain niru-niru nama folder dan file yang ada juga punya nama lain seperti Microsoft.lnk dan New Harry Potter and . . .lnk.

Jadi butuh ga siy antivirus? Kan situ toh akhirnya install juga antivirus di Ubuntu? hehehehehehehehe . . . jawabnya siy engga butuh, tetep lah. Clamav di install hanya untuk menjawab rasa ingin tau saya dengan identitis virus yang ada di FD saya, tidak lebih. Saya masih ga percaya ma antivirus yang katanya bisa menghapus virus dari file yang terinfeksi. Kebanyakan selama pengalaman pribadi ketika make Windows itu file bakal rusak atau ikut terdelete dengan virusnya. Dan kalau pun bisa dipake apa bisa percaya keamanan dari file yang pernah diinfeksi? saya koq tidak ya. Entah saya pakai antivirus atau engga pakai tetep saja Ubuntu saya aman. Btw Clamav kalau dijalankan bikin kompie saya berat, ga beda dengan make antivirus di Windows, makanya saya jalanin kalau perlu saja.


1 komentar:

  1. Di linux saya pakein avast yang home edition for linux. Lumayan untuk scanning ufd (usb flash disk) dan partisi windows ori saya (triple boot dengan arch linux).

    Karena biar bagaimana pun, walau virusnya ngga aktif di lingkungan linux, tetap saja linux-nya sebagai carrier/pembawa 'penyakit' (baca=virus). Virus mungkin menyebar saat kontak dengan host/pasien (ufd atau harddisk external ber-windows) yang lemah. :)

    BalasHapus