Kamis, 31 Desember 2009

Ketika Editing Diperlukan


Lokasi: Gunung Batur, Bali

Kodak C713



Photo aslinya sebenarnya ga bagus sama sekali menurut saya. Keseluruhan obyek didalam photo tampak tidak fokus karena tampak terlapisi kabut tipis sehingga secara keseluruhan photo Gunung Batur ini tampak plain death. Mungkin karena kombinasi cuaca siang hari yang cukup ekstrem waktu itu yaitu antara panas tinggi, awan yang bergerak cepat , kelembapan tinggi dan angin yang cukup kencang disertai kamera yang kurang begitu bagus membuat hasilnya cukup mengecewakan (ceritanya nyari kambing hitam :p ). Tadinya saya ingin mendeletenya tapi kemudian urung saya lakukan

Lebih setahun berlalu saya pikir saya bisa melakukan sesuatu terhadap photo "gagal" ini. So software image editing come to the rescue! ;) Saya sebenarnya tidak terlalu suka melakukan edit photo berlebihan, sedemikian rupa dengan berbagai macam efek dan filter karena kesan naturalnya jadi ilang. Fitur image editor yang saya pake adalah auto white balance (walau kadang ga ngefek blas) dan antara level atau Curve. Sebagai pemanis saya pake satu saja filter yaitu filmstrip yang membuat photonya tampak seperti . . .filmstrip. ;)

Highly Sophisticated Communication Device


Lokasi: Gedung P, Kampus Universitas Kristen Petra Surabaya

Kodak C 713 Diedit dengan GIMP 2.6.6


Kalau saya tidak salah ingat, dulu waktu di SD saya belajar tentang kegunaan sebuah alat yang namanya kentongan. Jauh sebelum adanya alat komunikasi modern seperti walkie-talkie, radio, TV, hp, dll . . . kentongan dalam masyarakat kita adalah highly sophisticated communication device (lebay ya istilahnya) untuk menyampaikan berbagai macam berita seperti adanya kelahiran, kematian, pergantian jam (spt yang sedang digalakkan lagi di RT saya dengan cara memukul tiang listrik yang terbuat dari besi), adanya bencana, panggilan untuk berkumpul warga, dan lain sebagainya.

Kentongan yang saya lihat ini berada di suatu sudut Gedung P Universitas Kristen Petra Surabaya. Saya jadi bertanya-tanya apakah kentongan yang terbuat dari besi ini masih digunakan sesuai dengan fungsinya? ataukah hanya sekedar panjangannya karena fungsinya sudah digantikan walkie-talkie oleh para satpam di kampus U.K Petra?

Membayangkan para satpam berkomunikasi menggunakan kentongan sepertinya lucu juga. Misalnya sang Komandan mau menanyakan kondisi keamanan ke anak buahnya, dia memukul kentongan dengan kode tertentu lalu setelah itu dia akan memasang telingannya lebar-lebar untuk mendengarkan balasannya hihihihihihihi . . . cuman apa ya efektif dilingkungan kampus sebesar U.K Petra yang banyak gedung bertingkatnya? Kalau di kampung dan desa kentongan sepertinya masih efektif dan berguna dengan perkecuali para hansipnya memilih menggunakan sms untuk menyebarkan berita kayak iklan provider layanan telepon selular ;)

Anyway hari ini adalah hari terakhir tahun 2009 dan dalam beberapa jam kita akan memasuki tahun baru 2010. Selangkah maju ke masa depan, semoga hari akhir itu akan segera tiba dan Kentongan memberi tanda suatu pergantian waktu :)

Rabu, 30 Desember 2009

Kumpul Bocah - 6 Photo Terseleksi

Memotret anak kecil yang sedang beraktifitas itu ga gampang banget apalagi anaknya sangat aktif dan ga bisa diem di satu tempat dalam waktu yang cukup lama seperti keponakanku, Phoebe. Sebisa mungkin saya selalu berupaya mencari angle dan moment yang bagus (setidaknya menurut saya yang tidak punya pengetahuan fotografi yang memadai, maklum newbie banget) dan kalau bisa sebanyak mungkin karena who knows ya hasilnya . . . kadang apa yang saya lihat di layar lcd kamera digital bagus eh ternyata kurang dan apa yang keliatannya kurang bagus eh ternyata ga jelek-jelek amat dilihat di layar notebook.


Waktu pengambilan photo di suatu sore di dekat rumah. Phoebe saat itu asyik bermain dengan anak-anak tetangga yang rata-rata berumur diatas Phoebe. Kamera digital yang saya pakai adalah Kodak C713, kamera digital jenis low-end, emang gada istimewanya selain kamera point n shoot dan sedikit fasilitas pengaturan. Sewaktu memotret saya tidak memakai flash karena selain cahaya sore itu cukup terang, menurut saya flash justru sering merusak hasil photo.

Saya menggunakan GIMP 2.6.6 bawaan Ubuntu 9.04 Karmic Koala untuk photo editing. Fitur GIMP yang saya pake untuk edit sederhana saja seperti auto white balance, curve, dan Levels. Berikut 6 photo terseleksi:


Photo 1


Photo 1. Anglenya selevel dengan tinggi Phoebe dan untuk itu saya harus mengambilnya dalam posisi jongkok. Editingnya cukup dengan auto white balance dan sedikit edit Curvenya. Sebagai yang terkecil, Phoebe sepertinya mendapat perhatian yang cukup banyak dari anak-anak lainnya. Phoebe sedang memegang boneka yan dipinjamkan oleh Ka Manda. Agak ga biasa tuh anak mau megang boneka dalam waktu lama padahal Phoebe ga suka boneka . . sesuatu hal yang biasa untuk anak perempuan. Mungkin karena bonekanya agak unik. Bonekanya dapat bersuara seperti tangisan bayi ketika jarinya lepas dari mulutnya (posisi ngemut) dan akan diem kalau kembali ngemut jarinya. Boneka yang aneh, koq ngajarin anak kecil ngemut jarinya, kan jorok :p

Photo 2


Photo 2.Anglenya masih sama dengan Photo 1 tapi posisinya lebih dekat ke obyek photo. Editing dengan GIMP sama dengan photo 1. Tampaknya Phoebe cukup senang memperhatikan boneka punya Ka Manda (btw sosok dilatar adalah Ka Via, kakaknya Ka Manda) yang bisa bersuara. Walau termasuk sangat susah disuruh makan tapi lengan Phoebe kekar bukan untuk anak kurang dari 2 tahun?

Photo 3


Photo 3.Angle lebih naik ke atas dibandingkan photo 1 dan 2. Editing pake auto white balance dan Levels. Sebenarnya photo ini tadinya saya anggap gagal karena Phoebe terus bergerak padahal saya ingin dia berada di posisi persis di tengah frame. Yang saya suka dari photo ini adalah posisi berdiri Phoebe dan Ka Via. Kalau saja photonya bisa sedikit saja bergeser ke kiri, saya rasa hasilnya jadi lebih balance.

Photo 4


Photo 4.Editing sama dengan photo 3. Seperti photo 3 saya pikir photo ini sedikit kurang "sempurna". Jika saja waktu itu kameranya sedikit lebih ke kanan :) So ini Phoebe dan Ka Via . . . no comment jadi saya biarkan photonya berbicara sendiri.

Photo 5


Photo 5.Editing dengan auto white balance dan Curve. Ketiganya sedang berada di halaman rumah keluarga bambang Sumantri. Phoebe, Ka Manda (ada dibelakang kakaknya, yang terlihat cuman tangannya) dan Ka Via. Phoebe senang melihat burung (entah itu burung liar atau peliharaan) dan keluarga Sumantri memelihara burung dalam sangkar.

Photo 6


Editing sama dengan photo 5, auto white balance dan Curve. Sepertinya Ka Via ga siap untuk diporet makanya ekspresi wajahnya agak "aneh". Tapi moment terbaik tertangkap dalam photo ini antara Phoebe dan Ka Manda, their smile! :) Senyumnya manis bukan?! Ini menurut saya, photo terbaik dari keseluruhan 6 photo pilihan saya, what dyou think?

Senin, 28 Desember 2009

Start-up Watchtower Library 2008 Dengan Terminal

Menjalankan Watchtower Library 2008 Bahasa Indonesia di Ubuntu sangat mudah, semudah menjalankannya di Windows sebagai satu-satunya OS yang didukung Wtlib (setidaknya sampai saat ini). Untuk start-up cukup klik Applications - Wine - Programs - Watchtower Library 2008 - Watchtower Library 2008 Bahasa Indonesia. Bahkan kita bisa juga membuat shortcutnya dan meletakkan entah di panel atau di desktop yang dengannya cukup di dobel klik lalu Wtlib jalan. Mudah bukan?

Masalahnya timbul ketika saya mencoba desktop environment selain Gnome yang merupakan DE default Ubuntu. Desktop Environment yang saya coba pake adalah yang jenisnya lightweigth alias ringan seperti LXDE, Window Maker, Openbox, Blackbox, dan IceWM. Masalahnya adalah saya tidak bisa menemukan Wine di daftar aplikasi terinstal pada ke-5 DE tersebut. So bagaimana mau menjalankan Wtlib kalau Wine-nya saja ga ketemu.

Salah satu trik (bodoh) yang saya coba lakukan adalah melakukan browsing ke folder wine dengan file manager lalu berupaya melakukan dobel klik pada file exe wtlib. Well that was a stupid trick, it wont work in gnome - what the hell i was thingkin that it would work in other DE? Humft . . . itu karena untuk dapat berjalan di Ubuntu (or whatever Linux Distro you have) Wtlib butuh Wine. So no Wine no Wtlib, period.

Solusinya ternyata sesuatu yang tadinya tidak pernah saya pikirkan selama ini ketika menggunakan Wtlib di Ubuntu. Untuk menjalankan Wtlib biasanya make GUI-Way dengan point n click (seperti yang saya jelaskan di paragrap 1) sekarang kita menggunakan terminal . . . yup, im talking about typing a command in terminal, sound geeky?! Hahahahahahahahaha . . . for a little while i have these kind of feeling. Jadi yang kita lakukan cukup jalankan terminal dan ketikan perintah berikut dan press enter . . .

$ wine start wtlibrary.exe

and Voila!! Im running Wtlib 2008 in lightweight Desktop Environment. Sebagai catatan start-up Wtlib di ke-5 DE yang saya sebutkan sebelumnya jauh lebih cepat dari pada start-up Wtlib di Gnome. Saya belom melakukan eksplorasi lebih jauh dengan menggunakan Wtlib pada ke-5 DE itu jadi belom tau apakah akan ada masalah dengan beberapa fitur tertentu di Wtlib.

FYI Wine oleh developernya disebut sebagai compatibility layer dari OS Windows dimana kita bisa menginstal dan menjalankan software for Windows di Linux dan . . . surprise-surprise . . . di MacOS juga (kalau ga salah termasuk juga beberapa OS Unix-like lainya, cmiiw). Jika kata emulator terlintas di benak kita ketika melihat fungsi Wine, mungkin ga salah tapi developer Wine sendiri sepertinya insist kalau Wine itu bukan emulator. Hal ini bisa kita dari nama Wine sendiri yang merupakan rekursif dari kata Wine=Wine is Not Emulator. Untuk info lebih lanjut bisa dilihat langsung di website resmi Wine yaitu www.winehq.org.


Wtlib di Blackbox


Wtlib di IceWM


Wtlib di LXDE


Wtlib di Openbox


Wtlib di Window-Maker

Rabu, 23 Desember 2009

Nidji & Iklan Rokok

Saya baru saja menonton tv, ada sebuah iklan cukup menarik perhatian saya yang sepertinya sudah lama tayang di tv tapi tidak pernah diperhatikan dengan serius. Iklan itu saya pikir visualnya sederhana tapi menarik apalagi bintang iklannya adalah grup band Nidji yang beberapa lagunya saya sukai tapi kemudian saya merasa tidak senang dengan iklan ini. Kenapa? karena iklan itu adalah iklan produk rokok. Terbersit sebuah pertanyaan dalam benak saya: why Nidji why?

Perusahaan rokok dalam hal ini Djarum jeli melihat pangsa pasar potensial berupa fans Nidji yang jumlah besar apalagi Nidji termasuk band papan atas di Indonesia, pastilah banyak orang kenal mereka. Karena hal itu sudah pasti Nidji dibayar mahal. Kalau diperhatikan dalam iklan itu tampaknya para penonton "diiming-imingi" kalau mau sukses, terkenal, dan keren kayak Nidji merokoklah Djarum Coklat. Suatu strategi standar di dunia periklanan rokok. Merokok sudah menjadi simbol Kesuksesan dan status bagi penggunanya yang sayangnya kebanyakan dari mereka tidak pernah jadi sukses (karena merokok) dan lucunya mati lebih cepat karena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan merokok. Jadi menurut saya merokok itu lebih tepat disebut simbol kematian. Tapi kemudian saya kembali bertanya why Nidji why?

Saya cukup mengerti kalau kebanyakan band di Indonesia pastilah sulit mengadaan konser tanpa sponsor perusahaan rokok tapi menjadi bintang iklan produk rokok adalah pilihan. Nidji bisa saja menolak ikut dalam iklan rokok dengan berbagai macam alasan termasuk alasan moral. Tapi nampaknya bertambahnya isi rekening bank mereka dalam jumlah besar jauh lebih penting ketimbang mungkin sejumlah fans Nidji yang masih muda mulai merokok karena ingin "meniru" idola mereka.

merokok=mati!

Btw saya bukan fans Nidji ;) . . .

Senin, 21 Desember 2009

Diskon Kadaluarsa

Coba kamu baca artikel di detikinet.com yang muncul pada tanggal 14 Desember 2009 (emang berita jadul siy tapi kudu dibaca) tepatnya jam 15:46 WIB dengan judul Khusus Warnet, Microsoft Beri Diskon 70-90 Persen! Menurut saya mungkin ini adalah salah satu berita terbaik yang pernah saya dengar dari Microsoft selama 13 tahun ini. Dalam berita itu Microsoft berkerjasama dengan AWARI (Asosiasi Warnet Indonesia) dalam hal pengadaan lisensi software murah khusus warnet. Kalau saya tidak salah tangkap ya program ini dalam rangka memberantas pembajakan (tentu saja pembajakan produk M$) khususnya dikalangan pengusaha warnet. Ide yang bagus! Two Thumb-up.

anyway sebelum saya lanjut membahas berita ini, saya anjurkan kamu tulis gede-gede diatas selembar kertas sebagai berikut: 14 Desember 2009! . . . Okay! itu aja cukup. Nah buat apa saya suruh tulis itu?! Nah sabar aja, ntar situ akan tau gunanya apa . . .Okay?! Lanjut Gan! ;)

Ternyata artikel itu merupakan laporan dari konferensi pers yang di lakukan AWARI pada hari itu dengan judul "Menciptakan Warnet Sehat dan Aman di Indonesia, di Jakarta". Masing-masing pihak baik dari AWARI dan Microsoft memebrikan penjelasan tentang program tersebut yang bisa dibaca di artikel itu.

Karena sangat tertarik makanya saya segera pergi ke lokasi kejadian alias ke websitenya AWARI. Saya download 4 buah file pdf yang ada hubungannya dengan program diskon itu dan mulai membaca. Pertama-tama coba buka dan baca file dengan nama harga-software-bonus-subsidiII.pdf.

Yang pertama kita lihat adalah list harga OS dan software M$ yang aduhai murahnya. Ga percaya?! Sebagai contoh di list itu harga diskon Win 7 Pro= $48 = Rp. 480.000!!! Murah banget!!!! (dengan asumsi $1 = Rp.10.000) Sebagai perbandingan saya punya brosur dari pameran KompuExpo di Grand City Surabaya 27 Nov - 1 Desember 2009 kemaren. Disitu ada list harga Win 7 Pro= Rp.2.435.000 atau harga pamerannya= Rp.2.200.000 nah percaya kan murahnya? Dan ga hanya itu kalau kita baca lagi dibawahnya dengan hanya dengan pembelian minimun 5 lisensi maka ita dapat bonus yang tak kalah aduhainya. Coba loe pikir, kalau itu bonus-bonus diduitkan berapa coba penghematan lagi yang loe dapet? Bejibun ya . . Microsoft emang ciamik soro!!! (ciamik soro=ciamik sekali). Okay . . . thats it! Itu pujian terbaik saya buat Mikocok dan untuk artikel ini, cukup sampai disini. . . .

Sekarang for the real deal!

Saya baca paragrap dengan sub judul Subsidi dan lagi-lagi saya ga percaya, masih ada kalimat yang menyenangkan, ini saya kutip ya;

Besarnya subsidi disesuaikan dengan nilai pembelian dan bersifat progresif (semakin besar nilai pembelian
semakin besar nilai subsidi yang diterima)

Asik!!! Jadi sekarang kita harus cepat-cepat ikutan program ini, kumpulin duit trus beli lisensi Mikocok dengan harga super miring . . tentu saja ini buat yang punya warnet! :p tapi tunggu dulu . . . Coba deh baca kalimat sebelumnya . . .

Subsidi diberikan kepada pemesan yang mengirimkan purchase order dan pelunasan sebelum tgl. 1 Des 2009

What the . . . Ups! Sori saya hampir saja omong kotor . . . maap ya . . . tapi tgl 1 Des 2009?!!!

Here's the facts: Artikel di detikinet.com itu pada tanggal 14 Desember . . . acara AWARI itu juga diadakan pada hari yang sama, sudah pasti diadakan sebelum artiel ini di upload jadi . . . ngapain program itu diberitakan pada tgl 14 Des?! Kalau tgl 1 Des deadline buat pesan dan bayar?! Basi kan? Duh! Maap ya saya mungin orangnya bodoh tapi saya masih engga ngerti kenapa promosi diskon kadaluarsa kayak gini bisa terjadi. :p



















Butuh Antivirus Ga Siy?


Linux sering diiklankan sebagai OS yang kebal virus ini konon dikarenakan Linux seperti halnya Unix selalu menomersatukan aspek keamanan diatas aspek kenyamanan penggunaan (cmiiw). Ini bisa terlihat nyata kalau kita memperhatikan berita soal virus-virus baru tiap hari, perhatikan engga sebenarnya virus dkk itu sebenarnya menyerang sistem operasi apa?. 99,99% saya yakin itu virus Windows. Saya pernah membaca beberapa artikel di Internet (saya sudah lupa sumbernya) kalau virus Windows yang sudah dideteksi itu sampai sekarang ada lebih dari 60.000-an dan dengan hitungan matematika sederhana saya tau ada kalau kemunculan virus baru Windows adalah puluhan atau ratusan per harinya. Bagaimana dengan Linux? Hitungan saya waktu itu sekitar 2 virus per tahun dan kebanyakan adalah proof-of-concept (hanya pengen ngebuktiin kalau bikin virus for Linux itu bisa) dan jika virus ini bekerja pada satu distro Linux belum tentu akan bekerja pada distro lain (satu alasan kenapa membuat virus di Linux sangat susah, karena targetnya banyak).


Kalau kita tanya para pengguna Linux di berbagai forum/milis dengan pertanyaan "kalau kita make Linux sebenarnya butuh ga siy antivirus?" maka biasa jawabnya "wah ga butuh . . " atau "saya ga pernah install tuh . . ." atau "gada virus Linux jadi ngapain install? . . ." atau "antivirus?! . . .basi . . . itu untuk Windows . . ." jadi kurang lebih reaksi pasti nyaranin ga perlu install. Bagaimana pengalama saya sendiri?.

Walaupun saya make Linux tetep saja harus berurusan dengan virus . . . loh?! Eit tunggu dulu, tentu saja bukan dengan Virus Linux tapi tetep dengan Virus Windows . . . kompie/nutbuk saya masih bisa terdapat virusnya (catet ya saya nulis "bisa ada") lewat media seperti flashdisk (FD), misalnya jika saya kebetulan make kompie orang yang kebetulan make Windows yang sudah ada virusnya, biasanya FD saya akan "tertular" dan kemudian ketika saya tancapkan FD ke Ubuntu dan kemudian saya transfer isi FD ke HD otomatis virusnya juga migrasi ke Ubuntu. Tapi jangan khawatir, ga akan terjadi hal-hal buruk, virus dkk tersebut hibernate di Ubuntu saya sampai dia masuk ke lingkungan dimana dia bisa berkembang biak (dengan catatan dapat dicegah kalau ada antivirusnya dan rajin update) yaitu ya di Windows dong . . . dimana lagi coba?! :p

Dulu suatu hari saya nganter bokap ke UC (Universitas Ciputra) yang akan memberikan kuliah. Bokap punya FD yang isinya file presentasi yang akan ditayangkan di kelas. Untuk itu Bokap menggunakan kompie tersedia di kelas dan coba kamu tebak kompie pakai OS apa? Windows? Betul sekali! Nah Bokap nancepin itu FD ke USB port di kompie dan kemudian terkejut karena folder ma file-file presentasinya semuanya berubah ikonnya dan judulnya folder dan file sekarang memiliki akhiran .exe. coba tebak kenapa virus apa engga tuh? :p Pastinya! Bokap bingung "mana file presentasi saya?!!!!" Nah saya cabut itu FD trus tancepin ke Ubuntu (kebetulan saya bawa nutbuk) dan di file manager terlihat kalau folder ma filenya masih ada (syukur ga didelete ma virusnya) tapi disamping folder dan file asli ada file-file shortcut dengan nama persis dengan nama folder dan file asli punya bokap. yaudah itu folder dan file gadungan itu saya delete aja, habis deh tuh virus di FD bokap. Btw btuh ga siy antivirus? :p Kalau dalam kasus ini the best antirus is Linux! hahahahahahahaha . . .

Kejadian berikut ketika warnet langganan saya dengan sontoloyonya mengganti Ubuntu dengan Windows 7 versi RC yang waktu itu bebas di download dan dipake. Cuman versi "gratis" ini ada batasannya, setelah beberapa bulan maka user ga boleh lagi make win7 gratisan, emang siy bisa dipake cuman tiap 2 jam pasti dengan "semena-menanya" win7 akan matiin kompie itu tanpa basa-basi (maksudnya loe bayar dong, janga gratisan doang! hehehehehehe . . . pinter ya mereka itu). Weleh . . . bayangin deh loe lagi asik-asiknya surfing trus byar-pet!... layar kompie loe item trus kompie loe mati . . . btw ini koq malah kayak PLN yah?! Dan tentu saja kamu tau itu kompie jadi rentan virus dkk apalagi adminnya ga instal antivirus. Saya siy maklum kenapa admin ga install itu software anti-antian, itu karena kompienya bakal terseok-seok kalau anivirusnya aktif, hah! tipikal banget masalah Windows :p

Nah sejak saat itu maka tiap kali ke warnet itu di FD saya selalu bertebaran file-file ga jelas, intinya mengkopi nama folder dan file yang ada di FD saya. Kalau di Win7 maka file dan folder itu terlihat sebagai shortcut (hek! shortcut dari Hongkong?!) Tapi kalau di Ubuntu maka saya melihat file-file dengan extensi .lnk, .db, dan .inf. Karena ndak punya antivirus terinstal di Ubuntu makanya saya pakai fasilitas "search" di file manager Nautilus dan kalau udah yah didelete. Tapi saya cukup tertarik sebenarnya file-file ga jelas itu virus macam apa, apakah itu virus, worm, malware, rootkit atau apalah makanya saya iseng install software antivirus yang open source yaitu Clamav.

Dan bener juga, Clamav mengidentifikasi .inf=VBS.Agent-35 sedangkan .db=INF-Autorun-35 . . . saya ga ngerti virus macam apakah itu tapi saya bener-bener tidak senang existensi virus-virus itu, soalnya ngebek-ngebeki FD saya dan jadi sampah visual saking banyaknya (ngebek-ngebeki=bikin penuh). Sayang .lnk ga terdekteksi sebagai virus atau konco-koncone (konco-koncone=teman-temannya) padahal file ini paling banyak dari ketiganya. Selain niru-niru nama folder dan file yang ada juga punya nama lain seperti Microsoft.lnk dan New Harry Potter and . . .lnk.

Jadi butuh ga siy antivirus? Kan situ toh akhirnya install juga antivirus di Ubuntu? hehehehehehehehe . . . jawabnya siy engga butuh, tetep lah. Clamav di install hanya untuk menjawab rasa ingin tau saya dengan identitis virus yang ada di FD saya, tidak lebih. Saya masih ga percaya ma antivirus yang katanya bisa menghapus virus dari file yang terinfeksi. Kebanyakan selama pengalaman pribadi ketika make Windows itu file bakal rusak atau ikut terdelete dengan virusnya. Dan kalau pun bisa dipake apa bisa percaya keamanan dari file yang pernah diinfeksi? saya koq tidak ya. Entah saya pakai antivirus atau engga pakai tetep saja Ubuntu saya aman. Btw Clamav kalau dijalankan bikin kompie saya berat, ga beda dengan make antivirus di Windows, makanya saya jalanin kalau perlu saja.


Sabtu, 19 Desember 2009

3 Tahun Bersama Linux & Manfaatnya

Sudah 3 tahun niy saya sudah make Linux, ga kerasa banget rasanya. Kalau dibandingan ketika make Windus yang sudah 13 tahun siy ga ada apa-2nya tapi saya senang banget loh bisa make Linux, jarang-jarang kan! ;) 3 tahun ini banyak suka dukanya tapi sepertinya banyak sukanya termasuk proses belajarnya. Saya belajar apa yang bisa saya lakukan dan hal mana yang perlu dihindari ketika menggunakan Linux. saya merasa jadi keren, coba siapa dari kalian yang bisa make Linux? Ada? Jarang banget tapi saya kasih tau ya make Linux itu banyak manfaatnya dan itu yang ingin saya ungkapkan disini.

Manfaat pertama sudah pasti pengalaman berharga menggunakan sistem operasi lebih dari satu. Itu membuat saya memiliki satu sudut pandang yang lebih luas, saya jadi tahu kelebihan dan kekuatan suatu sistem dibandingan dengan sistem lain dan memutuskan mana yang terbaik bagi saya. Dengan mudah saya bisa berpindah dari menggunakan sistem ini ke sistem itu tanpa perlu mengeluh bahwa ini lebih mudah dari itu.

Manfaat kedua adalah saya terbebas dari rutinitas tertentu dari sistem sebelumnya. Apakah kamu harus defrag harddisk tiap interval waktu tertentu? Saya dulu iya, tiap 2 minggu malah, kalau engga malah bisa jadi kompie-nya jadi lelet, ga banget kan? Ubuntu menggunakan file sistem yang berbeda seperti Ext2 atau EXt3 (sekarang sudah masuk Ext4) yang tidak memerlukan rutin defrag seperti halnya FAT32 dan NTFS untuk mengatasi file-file yang tersebar seantero harddisk.

Manfat ketiga saya jadi belajar untuk mengenali apa yang saya pake dan jika harus, mengatasi permasalahan yang muncul. Ubuntu bukan sistem operasi sempurna, masalah bisa saja muncul dan untuk itu sayalah yang harus mengatasinya (kalau dah mentok saya sering bertanya ke forum/milis pengguna Ubuntu). Saya pikir lucu juga ketika saya sudah make Windus 10 tahun, tahu engga kalau saya sampe 2006 ga bisa install Windus? Saya gatau apa itu registry dan gimana caranya untuk melakukan hack atau gimana cara mengatasi masalah dengan otak-atik registry? 10 tahun seharusnya saya sudah jadi Windus power-user dan ternyata itu tidak terjadi. saya merasa tidak terlalu penting untuk tahu apa yang saya pake yang penting bisa dipake dan beres dan itu ternyata salah. Saya menjadi terlalu tergantung kepada orang lain bahkan untuk mengatasi hal-hal sepele. Dengan Ubuntu saya belajar untuk mengenali masalah lalu mencari solusinya dengan baca man pages/info . . . kalau dah mentok bisa cari solusinya dengan cara googling, kalau pun masih tetep mentok saya masih bisa minta tolong di forum/milis dan biasanya solusinya saya dapat :)

Manfaat Keempat bagi saya adalah saya ga perlu lagi membajak software. Membajak software dikategorikan sebagai mencuri karena jelas-jelas kita menggunakan sesuatu tanpa izin (atau lebih tepatnya ga bayar biaya lisensi). Ubuntu datang dengan gudang software yang namanya repostori. Repositori dapat diakses lewat 2 media, pertama lewat internet dan yang kedua berbentuk fisik dalam kepingan-kepingan DVD. Apapun ada disitu mulai dari software programming, pendidikan, kantoran, permainan, desain, multimedia, dll, kamu akan terkejut betapa hebatnya repositori itu.

Ubuntu dan sebagian besar isi repositorinya adalah FOSS (free/open source software, dan hanya sedikit porsi yang non-free) jadi kita bebas menginstallnya ke berapapun komputer yang kita punya tanpa bayar biaya lisensi. Kita bisa membaginya ke sanak saudara, teman, atau bahkan orang yang engga kita kenal tanpa takut dicap maling. Kalau kita mampu kita bisa memodifkasi Ubuntu dan software-2 FOSS, membuatnya sesuai dengan kebutuhan kita tanpa perlu ijin terlebih dahulu, hebat bukan?

Masalah pembajakan adalah masalah serius bagi saya. Sebagai seorang Kristen Saksi-saksi Yehuwa adalah penting bagi saya untuk memegang teguh prinsip-prinsip Alkitab dan dalam hal ini soal mencuri. Prinsipnya ada di Kel 20:15 secara gamblang Allah Yehuwa melarang kita untuk mencuri, Yesus sendiri juga demikian di Matius 19:18, Markus 10:19, Lukas 18:20 dan juga ayat-ayat alkitab lainnya berbicara soal ini seperti di Imamat 19:11, Ulangan 5:19, Roma 2:21, Efesus 4:28.

Memang sejujurnya masalah pembajakan ini ga mudah bagi saya (dan ga mudah juga bukan kalian kan?), apalagi saya dikelilingi orang-orang yang menganggap pembajakan itu hal biasa dan lumrah dan bukan sesuatu hal yang perlu dibicarakan apalagi dipermasalahkan. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa, saya sudah melakukannya 3 tahun ini dengan cukup sukses. Saya bisa membuktikan bahwa ada alternatif lain selain melakukan pembajakan, saya merasa hati nurani saya lebih bersih dan tenang (ini manfaat kelima) karena tahu upaya saya sudah tepat dan Allah Yehuwa pasti senang saya berupaya sebisa-bisanya untuk menjalankan perintahnya :)

Manfaat Keenam adalah manfaat ekonomi. Saya pernah hitung berapa banyak duit yang harus saya keluarkan untuk lisensi software proprietari seperti Winduz, M$ Office, Sotoshop, Antivirus, dll yang ternyata sangat jauh lebih mahal dari harga sebuah komputer baru. Terus terang saya ga mampu dan anda pun pasti ga mampu kan? Kalaupun anda punya duit banyak pasti juga mikir-mikir 1000X kalau mau "buang" duit sebesar itu. Solusinya bayar atau mbajak dan kayaknya engga dua-duanya buat saya. Solusinya praktis tentu saja pake Linux.


Sebenarnya masih banyak manfaat lainnya yang bisa didapat dari menggunakan Linux tapi saya agak males untuk menulisnya semua disini dan saya tulis diatas setidaknya yang memiliki impact paling besar ke saya. 3 tahun telah berlalu dan saya senang apa yang sudah saya lakukan, bagaimana dengan anda?! ;)
 







  





Jumat, 18 Desember 2009

Kecil Itu Praktis

Biasanya saya selalu mengetikkan artikel blog yang ingin saya posting dirumah, alasannya sederhana saja, saya tidak ingin menghabiskan waktu yang berharga di warnet untuk sekedar memikirkan apa yang ingin saya tulis atau mikirin kata-katanya dan kemudian mengetikkannya. Untuk itu saya butuh aplikasi buat ngetik. Bagi kebanyakan orang jawabannya adalah word processor seperti OpenOffice Writer atau MS Word atau aplikasi sejenisnya. Tapi menurut saya penggunaan aplikasi word processor seperti itu terlalu berlebihan, kenapa?

Karena saya ga butuh aplikasi besar hanya untuk sekedar ngetik sesuatu yang tidak memerlukan formatting. Formatting bisa dilakukan di blog dan kadang hasil dari word procesor bisa sangat amburadul jika di copy-paste jadi stick dengan fasilitas yang ada di blog. Kedua word processor seperti yang saya sebut itu cenderung rakus resource komputer/notebook berupa CPU dan Memory jadi kadang kompie/nutbuk suka diem cukup lama hanya untuk tugas tertentu seperti startup aplikasi atau mau nge-save artikel (berlaku terutama dengan hardware jadul). Ketiga karena rakus resource berarti kompie/nutbuk cenderung lebih boros listrik, jadi aplikasi yang saya butuhkan yang harus kecil, simple dan cepat.

Saya suka menggunakan teks editor seperti gedit yang merupakan bawaan Ubuntu, kalau di Windows kita kenal namanya Notepad tapi gedit jauh lebih powerfull. Dan untuk file yang dihasilkan saya suka men-save-nya ke format .txt ini karena "semua" sistem operasi mengenali format ini dan selalu punya setidaknya satu aplikasi bawaan untuk membuka format txt. 




Rabu, 16 Desember 2009

4 CLI-Apps


Entah kadang disebut Console apps atau Ncurses atau terminal-based apps atau CLI-apps tapi berikut ini 4 aplikasi yang cukup sering saya pake terutama yang namanya MOC. Jadi serasa retro karena tampilan seperti apps jaman jadul ketika mouse masih sangat jarang digunakan dan hampir semuanya menggunakan keyboard.



Searah jarum jam mulai dari kanan atas adalah MC=Midnight Commander adalah full-text file manajer seperti halnya Nautilusnya Gnome atau Explorer dari OS lain. Kiri atas adalah MOC=Music On Console fungsinya ya untuk dengerin lagu, sekarang lagi dengerin Maroon 5 :)

Selanjutnya kanan bawah adalah htop=ncurses proses viewer, untuk melihat proses/aplikasi yang sedang berjalan. Dan terakhir di kiri bawah adalah Wordgrinder=simple word processor alias buat ngetik seperti Openoffice Writer atau MS Word tapi jauh lebih simple. Artikel ini diketik menggunakan Wordgrinder.